Monday, January 01, 2007

ketika air mulai mengalir

Setahun silam cuaca dingin akibat turunnya salju masih sempat saya rasakan, saat itu masa-masa akhir saya dalam pengembaraan menjadi seorang TKI di Negeri Korea . Sepertinya masih terasa angina sepoi-sepoi membelai telinga yang tidak tertutup saat salju turun, bahkan terbayang saat sedang bermain sky bersama dengan pihak perusahaan saat perpisahan.

Kala itu tak terbayangkan sedikitpun kondisi yang akan terjadi setahun kemudian. Rasanya semua begitu nyaman, dan semua begitu membuat pikiran saya tenang dan gembira. Salju yang menghiasi sepanjang jalan yang terlewati memberikan warna tersendiri dalam hati. Sungguh beruntung bisa menyaksikan pemandangan indah di negeri orang, tentunya itu hanya sedikit dari keindahan yang terlah diciptakan Allah di alam ini.

Setahun mulai berlalu, keindahan itu mulai sirna ditelan kondisi negeri yang tiap hari secara langsung dihadapi. Perlahan keindahan, kegembiraan, kesenangan dan kenangan manis negeri Korea mulai pudar. Yang nampak dihadapan sejuta duka nestapa dan penderitaan yang dialami negeri ini. Tak ayal kondisi ini pun perlahan mulai menyesuaikan dengan kondisi jaman yang semkain rumit ditambah lilitan persoalan ekonomi yang semakin sulit. Beras yang mulai kekurangan stok mengakibatkan harganya melambung diatas harga normal. Bencana longsor dibeberapa tempat menghiasi layar kehidupan yang terbentang. Luapan Lumpur Lapindo Brantas belum juga berhenti, pipa pertamina pun meledak dan mengakibatkan jatuh nya korban jiwa. Isu amoral yang terkuat di kalangan DPR malah semakin memperpuruk citra negeri ini.

Setumpuk masalah terus saja menerjang negeri ini, seperti tidak mau berhenti terus menggerogoti jantung negeri ini. Semua belum berakhir, hujan yang ditunggu-tunggu setelah kemarau panjang yang diharapkan membawa rezeki dan berkah, malah sebaliknya memakan korban jiwa. Pasalnya hujan yang turun terus menerus mengakibatkan beberapa titik di negeri ini mengalami banjir. Bahkan sampai saat ini di Kabupaten Langkat di perbatasan Sumatera – Aceh korban meninggal akibat banjir tercatat sudah 9 orang. Sementara korban yang hilang dan masih belum ditemukan terhitung lebih kurang ada 9 orang. Ribuan pengungsi banjir pun sampai saat ini nasibnya belum menentu.

Seharusnya kita bersyukur ketika air mulai mengalir membasahi bumi yang kering. Tapi yang terjadi, bencana kembali melanda. Semua tentu ada hikmahnya, dan hikmah yang tersembunyi itu tidak mungkin dipahami oleh orang-orang yang tidak mengerti. Hanya orang yang “berfikir dan mau membaca” yang dijamin oleh Allah Swt. yang bisa menangkap hikmah dibalik setiap kejadian.

Bukankah air yang diturunkan ke bumi ini sebenarnya sarana untuk membuat bumi ini subur. Seperti yang tercatat dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl: 16 yang artinya:

“Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air itu Dihidupkannya bumi yang telah mati. Sungguh pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)”.

Mudah-mudahan kemarau panjang yang semapat melanda negeri ini, tidak lagi membawa bencana pada kita saat hujan mulai turun. Dan mudah-mudahan bencana banjir yang melanda sebagian wilayah negeri ini menjadi satu pelajaran bagi untuk memperbaiki diri dalam memelihara alam dan bumi ini yang telah diamanatkan Allah kepada kita sebagai manusia (Q.S. Al-Ahzab: 72), sehingga ketika air mulai mengalir ketika itu pula barakah mulai turun kepada kita.

Wallahualam
By. Kinkin Mirajul Muttaqien