Sunday, September 24, 2006

cerpen

"Cincin dan Air Mata"
by. Chusnul (Koresponden Majalah Indohelper di Hongkong)
Udin memegang kedua tangan Anita, digenggamnya kedua jemari Anita sambil berkata " Nit... aku berharap kau mengerti keadaanku. Bukannya aku tak ada perhatian lagi, kesibukanlah yg membuat aku nggak ada waktu " Udin berusaha memberi penjelasan. Pandangan sinar mata Udin seolah-olah memohon pd Anita, utk mempercayai apa yg di ucapkan. Anita hanya diam seribu bahasa, Anita mengangguk perlahan dan butiran air mata menghiasi pipi yg ranum bak buah mangga yg sedang masak. " Kau menangis Nit...?" Tanya Udin sambil tangannya menghapus air mata yg singgah di pipi Anita. " Aku...ak.."jawab Anita dgn tergagap menahan tangis.
" Yah, aku mengerti perasaanmu Nit....percayalah, aku tak akan meninggalkanmu dan aku tak akan berpaling darimu " Di genggamnya tangan Anita dengan erat.
" Lihatlah cincin emas putih ini Nit.." Lanjut Udin sambil menunjukkan cincin yang melingkar di jari manis mereka.
" Dengan adanya cincin ini, aku tak khawatir dan aku sangat mempercayaimu. Karena cincin ini adalah pengikat tali kasih yg ada di hati kita " Jelas Udin. Anita hanya diam, dlm hati Anita membenarkan apa yg di katakan Udin. Tapi Anita sebenarnya juga tak sependapat dgn perkataan Udin tadi. Sebagai seorang wanita normal, Anita membutuhkan kasih sayang, perhatian dan tempat utk bermanja-manja. Hal itu yg sekarang ini tak pernah dilakukan Udin pada Anita. Sehingga perasaan anita terasa hampa, sering anita menangis bila melihat cincin yang melingkar dijari manisnya.
" Nit....ada tlpn untukmu..?!'' Teriak bu Susi membuyarkan lamunannya.
'' Ya bu, makasih..'' Jawab anita sambil bangun dari duduknya, kemudian berjalan menuju ruang tamu.
''Hallo...''kata Anita sambil duduk di sofa.
''Hai Nit....gimana khabarmu, kok lama nggak calling aku sich..'' Terdengar suara di sebrang sana.
''Ini siapa...???'' Tanya Anita.
''Aich...lupa ama orangnya sich no problem, tapi jangan lupa ama suaranya dong..??'' Suara itu terkesan ngeledek.
''Siapa ya...??'' Anita mengernyitkan dahi.
''Coba diingat, siapa diantara temenmu yang paling suka buat kamu jengkel ''Tanya suara itu
''Aku ingat sekarang...kalau nggak salah kamu si upluk-upluk kan..? alias Dany..?!''Kata Anita.
''Benar! seratus persen halal non....''Jawab Dany.
''Kamu ada waktu nggak Nit..?'' Tanya Dany
''Ada, emang kenapa..?''Anita balik tanya.
''Sip! kalau gitu....30 mnt lagi aku tunggu di kafe libra, kau harus datang tepat waktu lo....waktu dikasih 30 mnt saja. Di hitung mulai saat ini, lagian aku udah kangen berat ama loe...mmmmuuuaacchhh.....daaaaa.......''Tanpa beri kesempatan Anita ngomong, tlpn udah di tutup ama Udin. Itulah kebiasaan dan sekaligus keburukan sifat Udin yg nggak bisa di hilangkan, suka memaksa kehendak orang lain.
Kini Anita dilanda kebingungan, di satu sisi Anita ingin menemui Dany, sahabat sekaligus mantan pacarnya. Di satu sisi yang lain Anita ingin menjaga kesetiaannya terhadap Udin. Anita duduk termangu di sofa, dipandanginya cincin yg melingkar di jari manisnya. Haruskah aku menemui Dany...? Guman Anita dalam hati. Dany memang sudah sejak lama mencintai Anita. Namun cinta Dany hanya bertepuk sebelah tangan. Anita sudah terlanjur menerima cinta dari Udin. Bahkan saat ini Udin sudah menunjukkan kesungguhannya utk menikahi Anita. Sekali lagi dipandanginya cincin emas putih yg melingkar dijari manisnya dan sayup sayup terdengar suara musik, syair lagu yang sedang ngetrend membuat lamunan Anita semakin dalam
Aku slalu bersabar
menantikan dirimu
karena aku sayang padamu
dengan kesungguhanku
aku rela bersabar
menantikan dirimu
karena hanya dirimu sayang
yang slalu ku rindu
walau kadang hati bertanya
mungkinkan kah kau dan
kau namun buah cinta di dada
tlah bersemi dan tumbuh kasih
jangan buat hatiku patah jadi dua
Anita terlena dgn syair lagu yg dilantunkan Alda, tak terasa air matanya mengalir di pipi dan pada akhirnya jatuh membasahi cincin yg bertatahkan nama SYARUDIN SIDIQ.