Sunday, November 19, 2006

Ketika hati mulai membatu

Jalanan penuh sesak dengan lalu lalang orang di atas trotoar, sementara kendaraan yang melaju melintas jalan begitu padat. Wajah-wajah pejalan kaki nampak beragam, ada yang nampak lusuh, tergesa-gesa, ada juga yang nampak susah, geram dan bahkan ada yang nampak marah. Situasi seperti ini seperti sudah menjadi rutinitas warga kota yang senantiasa mengisi hari-harinya dengan aktifitas yang begitu padat.

Tak terasa suatu hari kaki ini melengang berjalan-jalan melintasi trotoar yang dipenuhi pejalan kaki yang lain. Ada sesuatu yang tersentuh, dan hampir saja terinjak saat melintas di sana . Dan setelah sadar “Astagfirullahal adzim”, rupanya sesosok tubuh kecil mungil tergeletak berbaring diantara pejalan kaki. Saya hampir saja menginjaknya, bagaimana jadinya jika tubuh kecil itu terinjak? Saya hanya bisa bernafas panjang, tidak tau mesti berbuat apa. Hanya dalam hati berbisik, “sungguh begitu kejam orang tuanya membiarkan mereka telantar seperti itu”.

Fenomena seperti ini mungkin bukan hanya terjadi di kota tempat saya tinggal. Coba Anda perhatikan di kota-kota tempat Anda tinggal, saya yakin kondisi ini juga terjadi di kota Anda. Permasalahannya begitu komplek, kehadiran mereka tentunya membutuhkan perhatian yang serius dari kita. Terutama pihak yang lebih berwenang untuk mengeluarkan berbagai kebijakan demi berlangsung nya kehidupan masyarakat kita ini.

Akan tetapi kehadiran mereka sepertinya hanya menjadi pencoreng muka sebagian mereka yang berwenang. Sehingga kebijakan yang dikeluarkan bukannya meringankan beban mereka, tapi sebaliknya kebijakan yang dikeluarkan malah semakin menyudutkan mereka. Sehingga mereka semakin terasing dan brutal saat kebijakan itu dikeluarkan. Bahkan dalam kondisi yang serba tak mengerti, mereka hanya tau bagaimana caranya bisa mendapatkan uang untuk hidup hari itu.

Padahal jika seandainya pihak yang berwenang mengeluarkan kebijakan, kemudian kebijakan yang dikeluarkannya membantu mereka, bukan mustahil mereka pun akan senang, sehingga jumlah nya bisa dikurangi. Atau malah bahkan kehadiran mereka dalam jangka waktu tidak lama sudah bisa di hapus. Sehingga kesejahteraan hidup yang mereka idamkan bisa mereka rasakan.

Akan tetapi apa yang terjadi? Sayang semua hanya angan bagi mereka. Kesejahteraan yang diharapkan tak kunjung datang, akhirnya mereka pun tetap dalam posisinya. Padahal jika kita bertaruh, akhlak para pejabat pembuat kebijakan belum tentu lebih baik dari mereka. Bahkan boleh jadi akhlak “mereka” lebih jelek dari apa yang mereka bayangkan. Hanya saja mereka tidak menyadarinya, karena posisi dan jabatan yang mereka sandang sepertinya telah membutakan hati mereka.

Pada akhirnya rasa kepedulian sosial mulai tertutup, yang ada dalam pikiran mereka hanyalah harta, tahta, kedudukan, dan jabatan. Sementara biarkan orang lain mau seperti apapun, yang penting “SAYA” senang. Kepentingan yang diusung pun bukan lagi kepentingan rakyat, tapi hanyalah kepentingan pribadi dan golongannya. Padahal begitu banyak rakyat kecil begitu berharap pada dirinya. Tapi apa boleh buat, hati yang terlanjur membatu telah menutup semua akal sehatnya. Sehingga meski mereka diberikan hati, tapi hatinya sudah tidak berfungsi lagi. Mereka diberi mata, tapi matanya sudah tidak melihat lagi. Mereka diberikan telinga, tapi telinganya sudah tidak bisa menedengar lagi. Kalau sudah demikian adanya, maka mereka lebih dzalim dari pada binatang (Q.S. Al-A’raf: 179).

Bagaimana dengan kita...?

By.Kinkin Mirajul Muttaqien
Bandung , 17 November 2006 (10:26 AM)
rah_miraj@yahoo.com

Wednesday, November 15, 2006

please help me

Assalam ualaikum
I am Mr. Ali Hussein business man from Basra Iraq I am writing you this email as a Muslim brother.As you and I know about the unrest in my country, I went to use this means to apple for your help to relocate my family to your country and if there is any lucretive business i can invest over there place do tell me.I just lost my wife some month ago because of the unrest here in Basra and 8 months baby with me now.
Hope to hear from you
Assalam ualaikum

foto jilbab

Assalamu'alaikum wr wb
Saya seorang muslimah yang insyaAllah akan jadi TKW di Korea Selatan. Saya liat di situs ikmi_korea.blogspot.com (kalo nggak salah), pada acara buka bersama di bulan Ramadhan ada beberapa muslimah yang mengenakan jilbab. Saya mau tanya, apa sewaktu mereka buat paspor di Indonesia, fotonya mengenakan jilbab atau tidak? Kalau saudara tahu, apakah ketentuan melepas jilbab oleh petugas keimigrasian memang ada aturannya? Saya benar2 ingin bekerja di Korea, tapi sangat berat degan masalah paspor yang fotonya harus tanggal jilbab. Saya sangat mohon bantuan Saudara semua.
Jazakumullah khoiron katsiron
Wassalamu'alaikum wr wb
dikirim oleh Ismi Mus di email : imeil_ku@yahoo.co.id